Rindu
Makin menggurup kalbu
Segugus angin menerpa sayu
Dari wajah nan sipu
Titisan bening
Memotret ragu
Membelah-belah tangkai hati
Nan satu
Purnama itu
Gambaran rindu kian membayang
Seakan layar bioskop
Dari dinding hati lelang
Kian terpahat
Ditusuk paku-paku tajam sakti
Kukuh membenam
Dinding kalbu lemah
Berdarah
Gores duka
Seakan tak lekang
Teguh mematung
Persis pancungan esa
Tentuan hayat
diari takdir masa
semakin mengimpit
membikin cepu hati,
kian berdarah
ikut menyeksa tubuh
lagi dan lagi
sampai jasadnya terhenti
2 ulasan:
buat sendiri eh?
ye... ini karya saya
disiarkan di mingguan wanita pada tahun 1996...
semua karya di RIESNA ZASLY ada karya peribadi yang pernah diterbitkan di media cetak...
Catat Ulasan