Sang Prameswari menyendu lagi
Entah untuk hari yang ke berapa lagi?
Matanya mengawangi,
Lautan nan luas
Mencari terjak
Suatu yang kelam
Dari matanya cintanya yang pilang
“Datanglah damarwulan!”
“Usapkan airmata rinduku”
“Taburkan kembang bunga;
Pesona ria di hatiku”
Sang Prameswari merunduk sepi
Jejari runcingnya diceloni erat
Dikepalkan,
Senekad harapan kata diri
Sesekali sang camar menegur pilu
Airmatanya bergulir sekolam rindu
“Datanglah Damarwulan!”
“Bawakan pura cahaya untukku”
“Serikanlah Prambanan kita,
Anugerah pesonamu”
Sang prameswari menerladah ke kirmizi
Wajah serojanya memuncak layu
Menguras angin sepi,
Yang kembali hadir
Sekilas senyum mentari pagi nan merah
Kalbunya makin luka tambah berdarah
“Datanglah Damarwulan!”
“Warnailah samudra ini,
Dengan merah cintamu”
“Ceriakanlah mega itu,
Dengan biru tulus kasihmu”
Sang Prameswari tetap menanti
Selendang dipundaknya,
Terlambai lesu
Bersama angin,
Mengusapinya nan ragu
Sepersis ombak,
Mengkikis tabir pantai
Batinnya terajut
Dilanda badai
“Datanglah Damarwulan!”
“Bawakan gugusan emas,
Auramu untukku”
“Pulangkan seri wajah,
Dari senyumanku”
Sang Prameswari merintih sendu
Pauh pipinya memerah ranum
Bergaul airmata duka kalbunya
Selimbas hari nan dijelang
Sekilas impi rindunya, terasa lelang
Segamit kasih mulai membayang
Mata hatinya setia menanti,
Damarwulannya yang hilang
Tiada ulasan:
Catat Ulasan