MONOLOG : Sergap Jalan Kenangan


Kekasih,

Aku menyusur jalan itu lagi. Melandaskan laluan ku pada tubuh aspalnya yang sama. Menerobos belokan demi belokan dijalanan yang bagai ular yang dipalu itu dengan raut yang sama. Meredah semersik angin yang menghunjam deras lewat pecutan dengan belaian yang sama. Menatap gairah suasana di kiri kanannya yang terlayar dalam bait-bait yang masih sama. Tetap sama! Persis dulu! Dikala kita bersama. Kau dan aku!

Masihkah kau ingat jalan ini? Masihkah kau ingat laluan ini? Kau pernah bilang padaku bahwa ini jalan kita. Kerikil-kerikil yang teguh itu lambang prisma cinta kita yang semburat permata. Debu-debu dari aspal jalanan itu persis benih semi kasih kita. Tikungan demi tikungan itu pesona gairah kita. Yang kita mudik bersama tanah tingginya. Yang kita selusuri bersama lurah rendahnya. Menembus segala golakan dengan tegar. Menghirup aroma angin itu dengan gairah muda kita. Merajut mesra kita penuh leka.

Aku susur lagi jalan ini. Membolos rembang petang yang sudah terlewat. Melotot kirmizi yang sudah kehilangan lembayung senja. Menyuram pada sang mentari yang mulai tenggelam. Membias kelabu yang berserak samar. Mengundang hitam malam. Namun tetap ku bolot kenangan kita yang terkulai satu demi satu di pinggir laluannya. Mengutip kaca-kaca harapan yang bercempera. Yang ku tahu tak mungkin mampu ku cantum lagi. Lewat cebisnya yang ditelan edan. Namun aku tetap mengumpul syahdu. Mengurup resah. Menghimpun rindu.

Masihkah jalan ini memaut harapan?

Masihkah ada rindu?


ULAS BUKU : PANGGIL AKU DAHLIA

'PANGGIL AKU DAHLIA' KARYA TERKINI SENIOR NOOR SURAYA

SIPNOSIS

“Ayah diserang strok, Dahlia! Ayah tiba-tiba jadi teringat padamu. Kamu tu cekal macam Opah Orkid!” puji ayah tiba-tiba. Padahal dulu, bukankah aku telah disuruh pergi? Bukankah selepas peristiwa menyayat hati itu, aku bagaikan sudah menjadi anak perempuan orang lain, ayah? Itulah asalnya kenapa Dahlia, pembantu kurator di Muzium Orang Asli Canberra pulang ke Malaysia. Dahlia sang archaeologist yang tidak tahu apa-apa tentang kebun teh, dan tidak ingin ambil tahu apa-apa tentang teh itu terpaksa berdepan dengan Teh Timor yang sudah menambun masalahnya! Keadaan kian kusut pabila dia bertemu semula dengan si licik Wadi. Musuh tradisinya itu sanggup buat apa sahaja untuk merampas kebun Teh Timor demi memperluas ladang Teh Sutra miliknya. Lalu apa pula muslihat Wadi? Tatkala tiba-tiba sahaja dia sanggup menyerahkan ladang teh miliknya sebagai mahar? Perlukah Dahlia menerima dia, demi mendapatkan kembali tanah milik datuk ayahnya?

PSS : Saya baru sahaja usai membacanya... buat kali kedua.... nice!.... banyak mempaparkan suasana Cameron Highland yang mempersonakan... MISTERI ibunya yang bunuh diri yang cuba dibongkar... CINTA & BENCI bagaimana musuh boleh menjadi kekasih akhirnya... CINTA ISLAMI papar jodoh menurut hukum islam... juga KEGIGIHAN NIAGA kisah ladang teh, berniaga rumah ala rest house... Semuanya dihimpun jadi satu dalam karya ini... Buku pemilik JEMARI SENI yang sangat santai dibaca... ringan kosa katanya... U MUST TRY TO READ IT!

KU TINGGALKAN BULAN SERIBU EMOSI ITU...

Ya! Bulan Juni memang seribu emosi... layar-layar yang banyak kelam, suram bertemaram, seribu liku membasahi tanggal-tanggal yang di jejak...
Saya banyak makan di tika ini, tanpa perduli diri... selalunya teman-teman yang rapat boleh menduga tentang tabiat ini, maknanya emosinya berganda tak stabil... juga banyak tidur... mata yang terpejam lelap... terbangun berkali-kali... tak terkesan nyenyak... mimpi juga tiada... apalagi cita?... aduhai... ini effect emosi yang parah berduri liku... Saya lelah... Manuskrip "TERLIHAT CINTA DIMATANYA" ada halangan... ikut nasihat penerbit, olahan ceritanya yang ada menggambar kehidupan LESBIAN di dalam karya itu amat terlalu 'jujur' untuk dipasar di Malaysia... tidak boleh terlalu papar 'ranjang'nya... editor bimbang kontrovesi... ah! rasa mahu menjerit sahaja... namun terpaksa akur.. terpaksa diubahsuai semula... gara-gara itu, karya ini menganggu seluruh rutin karya lain saya untuk bulan juni... membuat suasana bertukar kelam... gerhana yang samar-samar... tiada pesona... PENAT LESU LELAH... Saya sendu... Banyak yang sakit... orang2 tersayang (baik keluarga mahu pun teman-teman) banyak yang kecundang jatuh sakit... situasi kesihatan yang mencemar upaya, mengoyah jiwa... saya sakit jiwa kerananya.. bukankah, ironi kita dengan yang tersayang itu bertinta "Mencubit peha kanan, peha kira ikut merasa peritnya".. Ya! saya tenggelam dalam jurang itu... membuat jiwa saya sakit... bikin virus pada otak saya seketika.. 'WRITER BLOCK"... itu sakit orang seni yang amat parah... saya kecundang dijangkitinya... SENDU, SAYU, GULIRAN AIR MATA.... Saya akur pasrah... Memang banyak ceritera yang sedih... 'tuk diungkap...