Freelance Writer & Journalist ~ Fine Art & Graphic Design ~ OKU Friendly (Deaf) ~ Riesna Zasly Art (M) Sdn Bhd ~ RZ Art Impression
KEBURU... DATELINE KARYA
Masih menghirup aroma dingin Alaska...
Masa untuk refresh segala karya...
Ahhh... penat... capek sekali!...
Keburu dateline "TERLIHAT CINTA DI MATANYA"....
aduhai...
ULAS BUKU : MEN 2 LOVE
KARYA TERBARU ANDREI AKSANA
MEN 2 LOVE
SIPNOSIS
Karena desakan sahabatnya, Abel bersedia nge-date dengan Recko. Mulanya terpaksa, tapi lama-lama Abel luluh juga oleh perhatian Recko. Cuma masalahnya, setiap Jumat Recko tidak bisa mengajak Abel kencan, karena harus menghitung pembukuan di kantornya.
Helloooo, weekend kan sudah dimulai sejak hari Jumat! Masa Abel harus memeluk guling di rumah, sementara cewek-cewek lain sedang berada dalam dekapan kekasih masing-masing?
Lalu Abel bertemu Billian, cowok yang cuma bisa hang out Jumat malam, karena Sabtu dan Minggu on duty di kafe.
Jadilah Abel merangkap kekasih. Mendapat perhatian ganda. MEN 2 LOVE. Mungkinkah memiliki dua pria sekaligus?
Sampai suatu ketika terjadilah peristiwa itu.... Recko mengajaknya dinner Jumat malam!
Double date menjadi double trouble. Terbongkarkah semua permainan Abel selama ini? Siapakah yang harus dipilih Abel? Friday Night Lover? Atau Saturday Night Lover? Dia... atau dia?
"Do you love me?" tanya Recko malam itu.
"Ya," jawab Abel kebingungan. But I love him too.... |
PSS : Saya baru selesai membaca buku ini.. kata teman-teman di Indonesia, buku ini adalah karya metropop yang paling popular di sana kini... kisah seorang perempuan kerjaya yang fikir dia boleh hidup sendiri namun tak bisa mengelak yang dirinya memang kesepian... banyak aksi lucu di dalamnya, membuat kita terhibur tika menghayatinya... juga ada pengajaran... yang paling menarik hati saya, karyanya ditulis begitu modern sekali... plot seperti novel remaja english yang bertaraf internasional... very nice...
SERUMPUN LILIN BUAT 'NAY' (ELIZE)
16hb yang lalu, "Nay" (mama) dimasukkan di Specialist Hospital di Toronto, Kanada... Dibilang kerna diserang stroke... Koma seketika... dibilang sempat menjadi sawan oleh para pekerja yang melihatnya & yang mengusungnya ke hospital... dan sekarang haru meratap kerana separuh tubuhnya telah mati membeku... membuat diriku ikut kelu... terpaku... meraung melihat tubuhnya... menangis haru... namun tak dapat berbuat apa-apa...
ELIZE'BETH WERISKA ABENDANON..
Itu nama penuh nay setelah berpuluh-puluh tahun menyumbang karya di tanahairnya... melukis, berprosa, mengetik puisi & mengaum komentar lewat jejari 'creative' nya... Orang bilang puisinya mengegar quazon city... lukisannya mengaum di seluruh manila... malah komentarnya mencanai taufan di filippina.... itu kata orang... yang mana aku masih terlalu 'muda' saat itu untuk menyaksikannya...
Namun, sepersis karma... matahari tidak selalu dapat memayung cerah... awan tidak mampu untuk selalu menaungi... tidak semua yang suka suara lantang nay... nay dikecam kononnya mengkritik kerajaan Marcos lewat komentarnya yang dikatakan menyala-nyala... lalu di usir secara baik keluar dari tumpah darahnya... yang mana aku masih terlalu 'muda' tika itu untuk mengerti apa-apa....
Di kanada, jejari nay seakan membeku untuk berkarya... dingin salju membuat kanvasnya tak bercorak... tiada nada puitis lahir lewat puisinya... tiada lagi seni yang menjadi cinta abadinya... semuanya ditinggalkan... nay lelah... penat... tersadung menjadi manusia tersinggung.. membiarkan namanya tenggelam.. langsung dilupakan orang...
Dan tuhan itu seperti mengkabulkan doanya untuk tidak bercoret lagi... memang itu yang dimintanya... dia lumpuh.... jejarinya yang dulu melukis karya indah, kini terkubur sudah... tiada juga coret puisi... tiada juga suara lunaknya menyanyi lagu-lagu anak sewaktu kecil.. pare dajma velia... monopatre cedi... veda srisatpami... semuanya tinggal kenangan...
Namun...
Ya! tuhan itu maha kaya...
Seperti kata Bonda siti Zainon, teman nay yang masih mengenang
Seperti luah Madam Komala devi, teman nay yang masih dirundung memori
Lewat kata teman-teman nay, sahabat philiphines nay & juga sahabatku
Anakmu ini akan terus memaut karyamu...
Menyemi cinta abadimu...
Melangsung indahnya, senimu...
Moga tuhan merestui...
Terima kasih buat Bonda Siti Zainon, Mdm Komala devi, Mdm shirley dan teman-temanku...
Moga ada lilin harapan yang terus bernyala
Buat NAY....
PROSA : DOA BUAT 'NAY' (mama)
Nay
Seakan jantungku menghenti berdenyut
Seakan hatiku luluh semua
Meratap kau terlantar
Tak sekelumit reaksi
Hanya bisa menatap hiba
Lewat mata sendu abu-abumu
Meneguk lukaku
Berkisah parah
Nay
Ku elus tangan tuamu
Ku usap sayang jemari runcing itu
Yang dulu merona sejarah
Lewat kanvas fikir
Lewat puisimu berzikir
Menggegar persada manila
Menggagum citra ibunda luzon
Mencoret penuh arti
Mengamit senirupa hati
Nay
Jangan kau membeku
Jangan kau tinggal aku
Anak semata wayangmu
Yang kara tidak sempurna
Yang mungkin lebur
Tanpa kasih mesramu
Tak terbela
Nay
Ku berdoa
Ku beratih
Ku bermohon
Ku berkamit
Tak putus-putus
Moga ada waktu kita
Berprosa bersama
Berseloka berdua
Berkanvas alam cita
Demi untukku
Anakmu nan kara
Nay
Wechicro patra veningita weni
Serumpun lilin, segugus doa, serumpun harapan
buat 'nay', Elizabeth Weriska Abendanon Toronto, Kanada
PUISI : PAMIT
Bayu harum bersemilir terjang
Yang dulu pernah menyibak luka lalu
Yang pernah membelai merawat pilu
Lewat dodoi sergahmu
Oh Pantai Danga
Tak mungkin luput dikau
Pasir nan putih
Mengundang carik hati
Mengkanvas lakar budi
Kutinggalkan
Kota batu menghiruk mata
Yang dulu pernah mendampar ria niaga
Yang pernah menyulam pesona raga
Lewat pekik modernmu
Oh Tanjung Puteri
Tak mungkin terlintas benak
Kotamu nan kekar
Menemu cinta jiwa
Mencoret kalam sati
Kutinggalkan semu
Temasik membuai silam
Seri mersing pemahat adat
Jalak lenteng pelengkap tasbih
Lela manja bersemi kasih
Bentan telani berukir nelangsa
Johor lama bersepuh tawarikh
Yang tak dapat dilontar nian
Melupus sari abadi
Kutinggalkan pamit
Gunung segar berlurah
Lelayang tebar berarah
Awan bersemarak cerah
Langit bersadung megah
Matahari selatan bergulit sembah
Teman-teman nan akur sedarah
Dimana meratap pilu sekini
Mengetus kenangan sati
Pamit ku bermadah
Melingkar qasidah
Edanku berpasrah
Mengincar fitrah
ULAS BUKU : Gerhana Kembar
Mengejutkan dunia kesusasteraan Indonesia, sesiapa saja, malah saya sendiri... Clara Ng adalah berbangsa bukan melayu/Indonesia yang berjaya menang anugerah penulisan kerna hasil karyanya amat digarap dengan baik dalam bahasa yang ternyata bukan bahasa ibundanya..
Ini menjadi semangat buat saya untuk terus menulis...
Sesiapa saja, tak kira bangsa apa, berbeda adat budaya... pabila kita menumpu kerja keras pada sesuatu itu, pasti ada hasilnya... biarpun perkara itu amat mustahil bagi orang lain...
SIPNOSIS
Lendy editor buku yang bekerja pada perusahaan penerbitan besar terkejut ketika tanpa sengaja menemukan naskah tua dan potongan-potongan surat di dalam lemari baju neneknya. Neneknya sendiri sedang dalam keadaan sekarat di rumah sakit akibat penyakit kanker yang dideritanya. Bagaikan masuk ke dunia yang dulu terkunci rapat, Lendy tenggelam dalam kisah pada naskah itu. Semakin dalam dia membaca, Lendy semakin yakin cerita itu adalah kisah nyata. Kisah yang mati-matian disembunyikan oleh neneknya. Kisah yang membelit masa lalu neneknya dan menjadi sejarah dari kehadiran dirinya di dunia. Bersama kisah itu, Lendy menapaktilas kembali kehidupan serta hubungannya dengan ibunya: mencoba jujur terhadap diri sendiri, berani memaafkan, dan berdamai dengan masa lalu.
Kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah tentang keluarga; kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. Kisah cinta yang tak pernah kehilangan makna walau diberikan di antara dua perempuan.
Novel ini dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas,
Oktober 2007 - Januari 2008
PSS : Ketika membaca novel yang penuh emosi ini, saya sering mengulirkan airmata. Terlalu menyentuh hati... Dan paling berani, novel ini mengutarakan tema "LESBIAN" yang digarap begitu jujur... mengejutkan... dan membuatkan kita sedar, cinta itu tidak mengira sesiapa saja... semua insan mempunyai hak menikmatinya... cinta itu hak tuhan...
Buku ini saya kira sukar dipasar ke negara ini dengan tema "DEWASA" seperti ini.. hahaha... namun boleh mendapatkannya secara online di PT Gramedia Indonesia...
MONOLOG : Mata Hatiku
Kekasih,
Tahukah kau bagaimana sinar mata yang penuh kerinduan? Bagaimanakah nuansanya? Bagaimanakah kilau kolam pelupuknya?
Ya! Aku mengalaminya kini. Mataku berkedip-kedip seakan merembes untuk mengecap pandangan yang sempurna. Bukan kerna habuk yang menyelosok. Bukan kerna bias angin yang membikin kabur bersentuh. Aku memaut sarat kepiluan lewat mata hatiku....
Kolam mataku rasa menghangat. Menakung air-air bening sarat membuat samar yang menyala-nyala. Namun tetap membias sinar. Menunggu tasik pelupuk mataku memecah bendungannya. Menanti ia terhambur. Mencurah air-air bening itu bergulir keras. Membasahi pauh pipi. Menuntun nurani...
Tahukah kau mengapa harus ada air mata? Sedangkan retina masih menyusup sinar cerah harapan? Mengapa harus ada segala isak tangis? Sedangkan silau kerinduan itu bisa menyejukkan raga? Ada cita dalam jiwa....
Ada semangat dalam dada.....
Inilah pancaran kerinduan dari sudut hatiku.
Tahukah kau bagaimana sinar mata yang penuh kerinduan? Bagaimanakah nuansanya? Bagaimanakah kilau kolam pelupuknya?
Ya! Aku mengalaminya kini. Mataku berkedip-kedip seakan merembes untuk mengecap pandangan yang sempurna. Bukan kerna habuk yang menyelosok. Bukan kerna bias angin yang membikin kabur bersentuh. Aku memaut sarat kepiluan lewat mata hatiku....
Kolam mataku rasa menghangat. Menakung air-air bening sarat membuat samar yang menyala-nyala. Namun tetap membias sinar. Menunggu tasik pelupuk mataku memecah bendungannya. Menanti ia terhambur. Mencurah air-air bening itu bergulir keras. Membasahi pauh pipi. Menuntun nurani...
Tahukah kau mengapa harus ada air mata? Sedangkan retina masih menyusup sinar cerah harapan? Mengapa harus ada segala isak tangis? Sedangkan silau kerinduan itu bisa menyejukkan raga? Ada cita dalam jiwa....
Ada semangat dalam dada.....
Inilah pancaran kerinduan dari sudut hatiku.
ULAS BUKU : Abadilah Cinta
"Aku hanya memintamu untuk menjaganya, Er!" pekik Revan kecewa, sesaat setelah bebas dari penjara.
"Tapi aku tidak pernah menyuruhmu untuk mencintainya!"
"Lalu, kauanggap apa aku ini?" desis Ersad tersinggung. "Sebentuk robot yang tak memiliki nurani? Sekian tahun kulalui bersamanya, apakah salah jika tumbuh perasaan di hatiku? Adrini istri yang baik. Ia memberikan semua yang kubutuhkan."
"Karena itulah dulu aku ingin mengawininya. Ia milikku. Dan sekarang aku memintanya kembali darimu!"
Tujuh tahun sebelumnya, karena harus mendekam di balik terali penjara, seorang lelaki meminta sahabatnya untuk menikahi kekasihnya. Dan kini ia meminta kembali semua haknya. Revan dan Ersad, dua lelaki yang memperebutkan cinta suci seorang wanita.
"Kau telah melewati ribuan hari bersama Ardini, Er," pinta Revan penuh permohonan. "Kini izinkan aku memilikinya hanya untuk satu malam..."
Tetapi bagaimana jika tak satu malam pun berhasil dimilikinya? Bagaimana jika tak seorang pun dapat meraih cinta Ardini yang utuh, karena Ardini tak sanggup memilih salah satu di antara dua lelaki yang sama-sama dicintainya? Mestikah Ardini menyemai dua cinta sekaligus dalam hidupnya?
Abadilah Cinta. Selamanya. Cinta memang tak akan pernah berakhir
PSS : Ketika membaca buku penyanyi ini, hati banyak berdebar-debar menanti kesudahan kisahnya... hingga mampu mengalirkan air mata... kisah cinta 3 segi yang menyayat hati.. bahasanya juga romantik habis... aduhai...
Dengarnya PTS mahu membawa buku ini ke pasaran malaysia... moga teman-teman dapat menghayatinya kelak...
PUISI : AYAH, KU MOHON MAAF
Kumohon maaf
Untuk 15 tahun ini...
Memberontak lewat pukul teladan
Mengurat dendam dari nada herdik
Menongkah sila sebalik asuhan kekar
Maafkanlah
Kerna lewat sekeping hati bocah cilik
Punya benak beronak dara
Ayah
Kumohon maaf
Untuk 15 tahun ini...
Meninggal sipi naungan semambu
Mengincar duka di sela mata abu abu
Menidak redha sembari menderhaka
Maafkanlah
Kerna lewat sekeping nubari remaja cerdi
Punya kalbu bermamah duri
Ayah
Ku mohon maaf
Untuk 15 tahun ini
Mengoyah akal dengan sedu
Menghiris duka tak terpilang haru
Mengkaca mata dikunyah pikun
Maafkanlah
Kerna lewat sekeping jasad insan nurani
Punya raga bertimpa sendu
Ayah
Kumohon maaf
Untuk 15 tahun ini
Hatiku beku menabur ucaptama
Moga langit tak lewat membiru
Moga kirmizi rela menongkah jingga
Moga matahari terlus bernuansa
Untukku ungkapkan
SELAMAT HARI BAPA
MONOLOG : Elegi Pantai Semilir Kasih
Kekasih,
Aku datang lagi ke pantai ini. Menghirup udara yang sama persis waktu-waktu swargaloka kita. Membiarkan wajah rinduku di belai angin yang bersemilir dari balik selaan awan. Merelakan bahang suam mentari pagi itu memanaskan pori aroma kasih.
Masih menengadahkan wajahku ke pundak langit. Menatap kirmizi yang bersemi haru yang menjadi arca jatuh ke cermin laut. Membiru seolah-olah menguasai samudera luas nan lelang. Menghembus sendu...
"Bisakah pantai ini menemui kita lagi, sayang? Persis seseringnya ombak mengilas terus ke dada goda pantai"
"Bisakah ku bina istana cinta kita di sini sayang? Tatkala ku tahu tak harus ku abadikan pura, jika gerun pada badai samudera "
"Haruskah ku terus melandas kenangan-kenangan kita sahaja?"
Alam terus membisu kelam. Sekilas angin bersela datang membelai hati nan rawan. Terlihat dedaun gontai kelapa menyapa merawat benak yang suram...
Prosa : SAHABAT
Ku tinggalkan..
Dinding alam bisu itu...
Yang dulu penuh seloka gema
Mengalun tawa riang
Mengetuk griya hati
Meringgis di cepu ingatan
lewat persahabatan...
Biar mengorak kelam
Sembari membening abu-abu
Alam mengutuk pekat malam
Tetap ku sela arakan putih
Masih ku sepuh mega prada Mengabadikan cita
lewat setia kawan....
Alam tak mungkin lupa
Akan kamu
Sati ia selangit!
Dinding alam bisu itu...
Yang dulu penuh seloka gema
Mengalun tawa riang
Mengetuk griya hati
Meringgis di cepu ingatan
lewat persahabatan...
Biar mengorak kelam
Sembari membening abu-abu
Alam mengutuk pekat malam
Tetap ku sela arakan putih
Masih ku sepuh mega prada Mengabadikan cita
lewat setia kawan....
Alam tak mungkin lupa
Akan kamu
Sati ia selangit!
MONOLOG : Mimpi Terindah
Kekasih,
Malam tadi aku memimpikan dirimu. Di balik selimut dingin malam yang suram, bersepuh pancaran bulan yang samar, aku terpana. Seolah-olah tidak percaya. Seakan bukan realiti. Ku kira mimpi semata...
Engkau datang. Hadir membawa sekuntum mawar biru untuk ku. Kau kucup dahiku mesra. Kau cium kedua belah kelopak mataku dengan tulus kasih. Lantas ungkapmu padaku.....
"Bersedialah sayang! Aku datang untuk membawa kau pergi dari segala yang menghalangi kita. Raihlah tanganku. Janjiku untuk membahagiakan dirimu selama-lamanya...."
Setelah itu, aku terjaga. Mati andar dari keheningan jiwaku yang dalam. Menyirup sela subuh yang mencengkam. Bening embun nan jatuh pasrah. Kelu. Bersemi haru...
Engkau tiada....
Cerkon : KISAH 'CANTIK' SAYA
Benak saya berdengus lemah. Terasa nafas berdesah
persis tertahan-tahan menimbul isak. Mempamer resah yang bercangkaliwang di
sudut jiwa. Mata saya sudah memancar guratan pesona haru. Membimbit seribu
sendu di nubari. Dengan suara yang tersangkut-sangkut, saya hamburkan ungkapan
itu dengan nada yang pilu.
“Saya ingin bersara!”
Seluruh teman-teman terdiam mendengar
keputusan saya. Kawan-kawan jadi bisu sesaat, seolah-olah terbius dengan
ungkapan keramat saya. Ada yang sudah memaut lemah lengan saya. Ada yang
mulutnya berlopong berbentuk O. Ada yang sudah memerah kolam matanya. Malah
hampir semuanya mempamer kerutan panjang di wajah. Mereka tidak mahu percaya.
Ya! Ini bukan hanya sekadar sebuah
perkerjaan. Yang mana manusia-manusia yang dijumpa hanya berpaut pada kenalan
urusan kerja. Tanpa perasaan. Ini juga tidak sekadar sebuah perniagaan, yang
mana semua insan yang ditemu hanya berkisar tentang jual beli barang. Bertegur
hanya untuk sesuatu. Bersapa hanya untuk tika perlu. Tanpa sentuhan marga
sanubari.
14 tahun! Ya! Itu bukan suatu tempoh waktu
yang singkat. Biarpun masa seakan pantas berlalu hingga tak terkejar oleh kita.
Biarpun waktu berganjak tanpa perduli menghirup nafas-nafas lelah kita di
dunia. Jam terus berputar mencatat sejarah. Meninggalkan jejak-jejak yang telah
dilangkah. Samada berguna, mahu pun sia-sia.
Namun dalam 14 tahun itu saya mengukuh
persahabatan yang tak ternilai. Mengumpul norma-norma hidup lewat setiakawan.
Mereka bukan sekadar peniaga yang hanya bertemu di saat berhantar stok barang
serta bersilih tukaran wang. Saya menghirup sama norma-norma kehidupan mereka.
Di saat mereka mula mempamer papan kukuh petanda awal niaga. Di saat mereka ria
dilambung mesra untung. Detik mereka dilambung nelangsa rugi. Sama-sama ketawa.
Sama-sama berbicara ‘cantik’. Sama-sama bertangis simpati. Sama-sama juga
berkeluh lara. Malah ada yang dari dara, memuncak bernikah lantas beranak
pinak. Berginjak tumbuh di depan mata saya. Berkisah di alur sanubari saya. Semuanya
bergompol lewat setiakawan
14 tahun itu juga menjadi jati diri sesama
kami para sahabat yang sewarna dalam rona ‘cantik’ ini. Ada yang bergurukan
saya mengenal warna-warna cantik ini. Berasas niaga dari sekolah cantik saya.
Bertatih belajar anatomi facial wajah. Berdidik ngadisalira. Bertekun mengarca
pesona rambut. Bersinambung keajaiban spa asia. Begitu bersusah payah. Bercurah
peluh. Bermula dari “A”, beralun menjejak seiring saya ke huruf-huruf seterusnya.
Dan langsung melangkah, biar pun nanti tanpa fiqura saya lagi disisi mereka.
Teman-teman berkeluh resah
“Mengapa harus begitu?”
“Apa tiada jalan lain?”
Mengapa?Kenapa? Jangan?
Saya justeru ikut berdesah sama.
Saya sudah lelah! Istilah itu sudah lama
tersemat erat mencengkam benak. Membikin karat yang meluka dada. Meringgis
darah-darah yang sarat membeku lewat jiwa yang disalut pilu, kala hadirnya
silih berganti. Berkali-kali datangnya tampa peduli rela atau redha. Hari demi
hari menguak nanah. Membikin busut yang semakin lama tak mampu dipikul lagi.
Menanti terhambur.
Saya penat! Selain teman-teman se’cantik’
yang terus menghibur, jiwa saya dirundung nelangsa. Di balik kawan-kawan
se’cantik’ yang tak putus berbagi semangat, aura saya berdesah pasca putus asa.
Saya tak tahu mengapa perasaan ini datang. Saya tak mengerti mengapa nubari ini
seakan merengek. Rasa jemu. Rasa mual. Rasa tak senang lagi berpura-pura.
Setelah 14 tahun. Wajarkah?
“Mengapa!!”
Saya manusia biasa. Ada hati yang mengendung
perasaan. Kerana perasaan itu amat mudah terhiris jika tidak dikendung. Seperti
insan lain. Saya punya raga yang menaungi hak jati diri. Yang tercipta agar
saya boleh memilih tikungan prinsip senada jiwa. Saya tak mampu untuk
memelihara hati semua insan di sekeliling saya. Tak betah bersenyum menghibur
setiap manusia di kiri kanan, yang saya tahu tetap punya cela. Tidak mahu
mengiyakan tatkala hati saya menolak. Tidak tega akur tatkala jiwa saya
bertekad ngeleng. Saya sudah lelah pura-pura. Seperti dipermainkan dunia.
Dibuli kehidupan.
Nadi saya bersalur seni. Darah gemurat dari
mama yang praktis mengukir seni mengalur jiwanya pada saya. Seni yang halus.
Mudah terhenyak sakit. Dunia liburan wang ini melukakan saya. Dunia wang yang
terlalu mementingkan diri, biarpun jiwa saya terlus bermaryarakat. Dunia wang
yang menenggelamkan nilai ‘cantik’ ini pada sebuah sepuh kepalsuan. Membuat
saya sakit. Meningkah saya menyakiti orang lain diluar kemahuan saya. Membuah
sakit hati orang pada saya tanpa redha. Dunia yang terlalu kejam.
Saya tak gemar bermusuh. Saya tak tega
membenih sengketa lewat diri orang lain. Saya hanya ingin hidup tenang. Mampu
bertegu sapa dengan sesiapa sahaja tanpa ragu. Boleh berucap tama tampa
didendam mahupun dilempar sinis. Namun kerja ‘cantik’ saya kini memaksa saya
menerima gaung-gaung pergaduhan ini. Menghumban diri saya jauh ke dasarnya yang
dalam. Membuat jiwa saya sakit, jatuh menghempap kaca-kaca kebencian yang amat
kelam
Saya sudah tak rela. Diri jadi tak tegar
untuk pasrah. Saya tahu saya harus bertindak. Beriak mengubah nada alur
kehidupan saya. Beriak memulakan suatu rona warna baru menyalin suratan kelabu
di tikungan benak. Agar batin menyongsong damai. Menginjak luka. Mengincar
duka.
“Teman-teman, relakanlah!”
Saya harus pergi. Saya harus mematikan diri
untuk tumbuh kembali. Seperti bungaan tulip margarita. Mengembur janin benih.
Membibit bayi tunas. Mengembang remaja batang dan dahan yang kukuh untuk
berpaut. Membuah keibuan kemuncup muda. Menanti kelahiran kelopak mengembang.
Mengembus pesona.
Saya tak lupa. Saya tak akan mampu meluput
kenangan. Biarpun tawarikh masa tak boleh berpaling untuk dijenguk, apalagi
dinikmati buat kali kedua. Saya semat wajah-wajah ‘cantik’ kamu di jiwa saya.
Saya benam liku-liku kemesraan kamu lewat hati mulus saya. Masa tawa. Alam
gurau senda penuh seloka. Tempoh berbagi rasa. Berbaur kasihsayang. Bergumul
kemesraan jati. Ya! Demi sebuah persahabatan.
“Apa yang akan saya lakukan?”
Cepu kepala saya berimbas pada secubit
cita-cita mama saya yang alir jiwanya semarak seni. Yang sering digamit lewat
dodoiannya pada halwa telinga kecil saya. Seperti cerita para pari-pari. Hasrat
yang terbenam tak tertunai
Sebuah toko mongel...
Mempamer lukisan-lukisan seni mama
Memuat potret-potret lukisan saya
Buku-buku yang saya suka
Benda-benda cantik yang saya gemar
Serlah kristal yang menyegarkan
Gubahan bunga menyejuk raga
Studio seni saya dan mama
Sejalin keluarga
Yang pasti, tidak lagi membuat jiwa saya
sakit. Apalagi menyakiti orang lain. Mahupun orang menyakiti saya. Membaur
tenang. Menyimpul nyaman. Gemersik damai dalam hati.
Langgan:
Catatan (Atom)